"Datang dan Pergi"
yang datang yang ditepis, yang pergi yang dicari
Kala itu, aku
menyusuri lorong kelas. Aku mencari namaku pada daftar pembagian kelas. Dan
setelah ku cari cari, akhirnya ketemu juga namaku disana -- di kelas 8D. Saat
itu tak pernah terbayangkan olehku apa yang akan terjadi disana. Disana aku
bertemu seseorang pria, pria yang tak ku sangka akan menyita segala perhatianku.
Matanya yang bersinar hingga kalahkan cahya mentari, rambutnya yang selalu
berantakan, bibirnya yang tebal namun terlihat seksi membuat mata ini tak
pernah terlepas darinya. Ya, meski postur tubuhnya tidak setinggi dengan yang
lain namun, masih mampu mengalihkan seluruh perhatianku. Ya, diam – diam aku terus memperhatikannya, dan diam –
diam pula dia mulai memasuki hati ku.
Hari demi
hari ku jalani bersamanya, di kelas itu
– kelas 8D. Saat aku dan dia bercanda bersama dengan teman – teman yang lain,
disitulah aku bisa melihat wajahnya begitu dekat. Dekat dan semakin dekat, dan
pada akhirnya kita selalu bertukar kabar melalu sms. Ya, sms yang mungkin hanya
kau anggap sebagai bercandaan antar teman saja. Hingga kau memanggilku dengan
‘Beib’. Aku tak tahu apa maksut panggilanmu itu. Pelampiasan sajakah? Atau
sinyal untuk ku?
Rasanya
memendam perasaan ini serapat – rapatnya tidaklah mudah. Makin lama dipendam,
perasaanku kepadamu malah semakin kuat saja. yah.. Aku hanya mampu
mengungkapkan perasaan ini hanya pada teman – temanku. Ya, cerita antar cewek
biasa yang saling menceritakan cowo yang mereka suka -_- karena itu mungkin, kita sering diejek teman –
teman kita. Aku hanya mampu tersenyum dan menahan salah tingkahku. Sedangkan
kamu, kau hanya diam dan tertawa kecil. Apa maksut mu? Kau bangga ataukah malu?
Kau memendam rasa yang sama? Atau kau member tanda bahwa kita hanya teman?
Sungguh.. hal itu membuat aku makin penasaran dengan mu.
Saat itu,
masih ku ingat sekali, saat kamu bermain voly dengan teman mu. Tak sengaja, aku
memperhatikanmu dari kejauhan. Tak berani diriku untuk berteriak dan
menyemangati mu bermain voly meski, di dalam hati aku aku telah meneriaki nama
mu. Tak terdengar memang. Momen indah ini tak mungkin aku lewatkan begitu saja,
ku beranikan diriku untuk mengabadikan momen ini dalam jepretan foto. Saat kau
memukul bola, saat kau meloncat memukul bola, tersimpan semua dalam foto itu.
Hari pun
berjalan seperti biasa. Biasa dengan senyum manismu, biasa dengan sms mu yang
setiap pagi dan malam menyapaku. Aku sudah terbiasa dengan itu. Hingga pada akhirnya, aku mulai sadar perpisahan
akan segera tiba. Kelas akan diacak kembali. Kini, hp ku tak pernah berdering
lagi dan memunculkan namamu disana. Tak lagi ada bercandaan kita yang munkin
hanya kau anggap bercandaan sebatas teman. Sms yang tak sesering dulu dan hanya
tulisan singkat singkat saja disana. Mungkin kau memberi tanda bahwa perpisahan
sudah ada didepan mata. Kau ingin aku membiasakan diriku untuk kembali ke
hidupku seperti semula ( dibaca tanpa dirimu )
Akhirnya
yang ditunggu pun tiba, perpisahan datang terlalu cepat, sebelum aku mengatakan
perasaanku kepadanya. Perpisahan sunyi itu, kita berpisah tanpa mengatakan
selamat tinggal. Kini aku telah masuk di kelas yang baru, kelas yang sudah
tidak ada lagi senyum manismu, tak ada lagi sosokmu. Di kelas yang baru, namun
tidak perasaan yang baru. Perasaan ini masih sama dengan dulu – masih mencintaimu.
Hanya foto itu yang ada, yang bisa mengobati segala rindu didalam hati ini.
Sempat aku mencari mu, namun kau juga tak ada.
Hati yang
kosong ini akan penuh dengan sarang laba-laba bila dibiarkan seperti ini terus.
Banyak pria yang mencoba mengetuk pintu hati ini, tapi nyatanya tak ada yang
memiliki kunci yang pas untuk membukanya seperti mu. Ada dua pria yang
tiba-tiba datang ke dalam kehidupanku, entah mungkin Tuhan telah menyuruh dua malaikat
untuk menggantikan dirimu. Mengapa Tuhan menyuruh dua malaikat untuk
menggantikanmu? Apakah satu malaikat saja tak cukup menggeser posisimu? Kau
memang begitu berharga ;)
Dua pria
itu, mencoba terus mengketuk hati ini. Pria itu. Ya pria itu. Pria itu telah
member segalanya yang tak bisa kau berikan padaku. Kasih saying mereka, cinta
mereka, perhatian mereka, hanya mereka berikan untukku. Namun, hati ini tak
bisa dibagi. Tak mungkin ku membagi hatiku untuk dua pria itu. Aku harus
memilih salahsatu dari dua pria itu. Pilihan yang sulit memang saat hati ini
masih ada yang memiliki. Meski pemilik hati ini tak pernah tahu bahwa hati ini
miliknya. Ku biarkan dua pria itu menunggu di depan pintu (dibaca hati). Pintu
memang telah terbuka, tapi tak ada satupun dari pria itu yang memasukinya.
Mereka hanya berdiri disamping pintu hingga ku persilahkan mereka masuk dan
menetap. Kita lihat, siapa yang lebih setia menunggu dan berdiri hingga hati
ini bersih kembali tanpa bekas mu.
Memang aku
tak ingin membiarkan mereka masuk dengan mudahnya seperti kamu dulu. Aku tak
ingin disakiti lagi. Ku biarkan seseorang memiliki hati ini, tapi dia tak
pernah merawatnya. Hanya Tuhan yang tahu, dari kedua pria itu mana yang lebih
setia menunggu dan bisa merawat hati ini menjadi asri. Yang pasti bukan pria
seperti mu. Aku juga memiliki rasa kasihan dengan dua pria itu. Ku biarkan
mereka begitu saja. Tapi bukankah tak ada kata kasihan untuk cinta? Apakah
mereka sudah lelah menunggu? Aku takut saat mereka lelah menunggu dan mencari
persinggahan hati yang lain saat aku mulai mempersilahkan salahsatu dari mereka
masuk. Tuhan, bantu aku. Aku tak tahu siapa yang harus ku persilahkan untuk
memiliki hati ini. Aku tidak ingin hati ini dimiliki olah pemilik yang tidak
bertanggung jawab. Semoga Kau beri aku kekuatan untuk mengikhlaskan hati ini
dimiliki oleh seseorang – bukan dirinya.
buwat dia yang terlalu lama bingung memilih cinta
dan akhirnya malah tak dapat apa-apa
semangat yaa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar