Kamis, 13 Maret 2014

Harapan dan Bayangan..

"Akhir Sebuah Penantian "

Kalian pasti berfikir, akhir sebuah penantian sangatlah bahagia. Kita bisa bersama dengan orang yang kita cintai. Penantian.. menurutku, penantian itu nggak ada akhirnya. Disini aku masih menanti engkau datang tapi apa? Penantian ini hanya membuahkan penantian yang lebih panjang lagi.


Kamu.. yang pernah membuat jantung ini berdetak lebih cepat dari biasanya. Kamu.. yang menghipnotis aku dengan dentingan piano mu. Saat itu, saat masuk kelas baru, disitulah aku mulai mengenalmu. Sosokmu yang selalu diam dan terlihat cool membuat mata dan hati tidak ingin terlepas darimu. Di tempat duduk paling belakang, aku selalu berusaha mencuri pandang. Saat kau bercanda dengan teman – teman mu aku hanya bisa ikut tersenyum dari kejauhan.


Terus dan terus aku coba untuk bisa dekat denganmu. Aku mulai sms, chatt, mention dan yang lainnya ke kamu. Mungkin aku memang terlihat agresif tapi gimana aku nggak agresif kalau kamu harus menghadapi cowok sedatar dan selempeng kamu? Percakapan diantara kita saat itu memang sangat sederhana. Percakapan yang tidak ada canda didalamnya. Percakapan yang sebenarnya tidak ada asyiknya sama sekali. Tapi aku masih mencoba bertahan pada  suasana itu. Aku mencari – cari sela disaat kamu bisa mengekspresikan dirimu. Yah, selempeng-lempengnya kamu, itulah yang mebuatku selalu rindu.


Saat upacara bendera, itulah saat yang paling ku tunggu. Disitu aku bisa melihat aksi mu memainkan keyboard mengiringi lagu Indonesia Raya. Dengan jemari mu yang nampaknya sudah lihay disitulah mungkin kamu mengekspresikan dirimu. Setiap nada yang keluar selalu membuat hati ini lebih tenang dan lebih tenang. Terik matahari yang tadi menyengat di kulit rasanya seperti diitiup angin sepoi – sepoi karena alunan nada keyboard mu.


Waktu memang tidak bisa diajak kompromi. Waktu selalu berjalan cepat disaat kita ingin merasakan setiap detiknya. Sekarang kita berpisah. Hanya saat upacara, aku bisa melihat dirimu dengan jelas. Namun, tepat didepanku. Di barisan depanku ada seorang wanita. Wanita itu selalu memperhatikan caramu bermain keyboard. Dan saat kau selesai bermain pun, kau menebar senyum kepadanya. Sungguh, pemandangan yang mengiris hati.


Siapa wanita itu? Pacar mu? Ternyata, prasangka buruku benar. Wanita itu, dia yang selalu menemanimu, berbagi cerita suka dan duka, dia yang mengajarkanmu arti sebuah cinta, dia yang selalu membuat hidup mu menjadi berwarna. Ya, wanita itu – Pacarmu. Tapi aku, dengan setia nya aku menunggu kamu. Meski dirimu sudah ada yang punya, aku tetap menunggu. Sebenarnya, hati ini sudah lelah menunggu. Tapi apa daya. Hanya ini yang aku bisa.


Ingin aku move on seperti apa yang disarankan teman-temanku, tapi move on hanya sekedar kata tanpa makna dan tanpa tindakan. Aku tak tahu apa arti move on sebenarnya, apakah melupakanmu? Apakah mengikhlaskanmu?


Dalam penantian yang tak kunjung menemui titik akhir. Bayang-bayang masih terlihat jelas. Aku hanya bisa pasrah, berharap namamu akan terkubur dalam-dalam dan hilang tergerogoti oleh waktu. Entah sampai kapan. 
untuk dia yang selalu menanti entah kapan
da berusaha move meski berat
tetep semangat yaa

Harapan dan Bayangan

"Datang dan Pergi"

yang datang yang ditepis, yang pergi yang dicari

Kala itu, aku menyusuri lorong kelas. Aku mencari namaku pada daftar pembagian kelas. Dan setelah ku cari cari, akhirnya ketemu juga namaku disana -- di kelas 8D. Saat itu tak pernah terbayangkan olehku apa yang akan terjadi disana. Disana aku bertemu seseorang pria, pria yang tak ku sangka akan menyita segala perhatianku. Matanya yang bersinar hingga kalahkan cahya mentari, rambutnya yang selalu berantakan, bibirnya yang tebal namun terlihat seksi membuat mata ini tak pernah terlepas darinya. Ya, meski postur tubuhnya tidak setinggi dengan yang lain namun, masih mampu mengalihkan seluruh perhatianku. Ya, diam – diam aku terus memperhatikannya, dan diam – diam pula dia mulai memasuki hati ku.
 
Hari demi hari ku jalani  bersamanya, di kelas itu – kelas 8D. Saat aku dan dia bercanda bersama dengan teman – teman yang lain, disitulah aku bisa melihat wajahnya begitu dekat. Dekat dan semakin dekat, dan pada akhirnya kita selalu bertukar kabar melalu sms. Ya, sms yang mungkin hanya kau anggap sebagai bercandaan antar teman saja. Hingga kau memanggilku dengan ‘Beib’. Aku tak tahu apa maksut panggilanmu itu. Pelampiasan sajakah? Atau sinyal untuk ku?

Rasanya memendam perasaan ini serapat – rapatnya tidaklah mudah. Makin lama dipendam, perasaanku kepadamu malah semakin kuat saja. yah.. Aku hanya mampu mengungkapkan perasaan ini hanya pada teman – temanku. Ya, cerita antar cewek biasa yang saling menceritakan cowo yang mereka suka -_-  karena itu mungkin, kita sering diejek teman – teman kita. Aku hanya mampu tersenyum dan menahan salah tingkahku. Sedangkan kamu, kau hanya diam dan tertawa kecil. Apa maksut mu? Kau bangga ataukah malu? Kau memendam rasa yang sama? Atau kau member tanda bahwa kita hanya teman? Sungguh.. hal itu membuat aku makin penasaran dengan mu.

Saat itu, masih ku ingat sekali, saat kamu bermain voly dengan teman mu. Tak sengaja, aku memperhatikanmu dari kejauhan. Tak berani diriku untuk berteriak dan menyemangati mu bermain voly meski, di dalam hati aku aku telah meneriaki nama mu. Tak terdengar memang. Momen indah ini tak mungkin aku lewatkan begitu saja, ku beranikan diriku untuk mengabadikan momen ini dalam jepretan foto. Saat kau memukul bola, saat kau meloncat memukul bola, tersimpan semua dalam foto itu.

Hari pun berjalan seperti biasa. Biasa dengan senyum manismu, biasa dengan sms mu yang setiap pagi dan malam menyapaku. Aku sudah terbiasa dengan itu.  Hingga pada akhirnya, aku mulai sadar perpisahan akan segera tiba. Kelas akan diacak kembali. Kini, hp ku tak pernah berdering lagi dan memunculkan namamu disana. Tak lagi ada bercandaan kita yang munkin hanya kau anggap bercandaan sebatas teman. Sms yang tak sesering dulu dan hanya tulisan singkat singkat saja disana. Mungkin kau memberi tanda bahwa perpisahan sudah ada didepan mata. Kau ingin aku membiasakan diriku untuk kembali ke hidupku seperti semula ( dibaca tanpa dirimu )

Akhirnya yang ditunggu pun tiba, perpisahan datang terlalu cepat, sebelum aku mengatakan perasaanku kepadanya. Perpisahan sunyi itu, kita berpisah tanpa mengatakan selamat tinggal. Kini aku telah masuk di kelas yang baru, kelas yang sudah tidak ada lagi senyum manismu, tak ada lagi sosokmu. Di kelas yang baru, namun tidak perasaan yang baru. Perasaan ini masih sama dengan dulu – masih mencintaimu. Hanya foto itu yang ada, yang bisa mengobati segala rindu didalam hati ini. Sempat aku mencari mu, namun kau juga tak ada.

Hati yang kosong ini akan penuh dengan sarang laba-laba bila dibiarkan seperti ini terus. Banyak pria yang mencoba mengetuk pintu hati ini, tapi nyatanya tak ada yang memiliki kunci yang pas untuk membukanya seperti mu. Ada dua pria yang tiba-tiba datang ke dalam kehidupanku, entah mungkin Tuhan telah menyuruh dua malaikat untuk menggantikan dirimu. Mengapa Tuhan menyuruh dua malaikat untuk menggantikanmu? Apakah satu malaikat saja tak cukup menggeser posisimu? Kau memang begitu berharga ;)

Dua pria itu, mencoba terus mengketuk hati ini. Pria itu. Ya pria itu. Pria itu telah member segalanya yang tak bisa kau berikan padaku. Kasih saying mereka, cinta mereka, perhatian mereka, hanya mereka berikan untukku. Namun, hati ini tak bisa dibagi. Tak mungkin ku membagi hatiku untuk dua pria itu. Aku harus memilih salahsatu dari dua pria itu. Pilihan yang sulit memang saat hati ini masih ada yang memiliki. Meski pemilik hati ini tak pernah tahu bahwa hati ini miliknya. Ku biarkan dua pria itu menunggu di depan pintu (dibaca hati). Pintu memang telah terbuka, tapi tak ada satupun dari pria itu yang memasukinya. Mereka hanya berdiri disamping pintu hingga ku persilahkan mereka masuk dan menetap. Kita lihat, siapa yang lebih setia menunggu dan berdiri hingga hati ini bersih kembali tanpa bekas mu. 

Memang aku tak ingin membiarkan mereka masuk dengan mudahnya seperti kamu dulu. Aku tak ingin disakiti lagi. Ku biarkan seseorang memiliki hati ini, tapi dia tak pernah merawatnya. Hanya Tuhan yang tahu, dari kedua pria itu mana yang lebih setia menunggu dan bisa merawat hati ini menjadi asri. Yang pasti bukan pria seperti mu. Aku juga memiliki rasa kasihan dengan dua pria itu. Ku biarkan mereka begitu saja. Tapi bukankah tak ada kata kasihan untuk cinta? Apakah mereka sudah lelah menunggu? Aku takut saat mereka lelah menunggu dan mencari persinggahan hati yang lain saat aku mulai mempersilahkan salahsatu dari mereka masuk. Tuhan, bantu aku. Aku tak tahu siapa yang harus ku persilahkan untuk memiliki hati ini. Aku tidak ingin hati ini dimiliki olah pemilik yang tidak bertanggung jawab. Semoga Kau beri aku kekuatan untuk mengikhlaskan hati ini dimiliki oleh seseorang – bukan dirinya.

buwat dia yang terlalu lama bingung memilih cinta
dan akhirnya malah tak dapat apa-apa
semangat yaa :)